Subhanallah, Inilah Manfaatkan Kefahaman Dan Amalan Ayat Kursi Yang Sunnah Untuk Kita Amalkan. Mohon Kongsi...

Subhanallah, Inilah Manfaatkan Kefahaman Dan Amalan Ayat Kursi Yang Sunnah Untuk Kita Amalkan. Mohon Kongsi...

TEKS AYAT KURSI


اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Agung. (QS. al-Baqarah [2]: 255)


KEAGUNGAN AYAT KURSI


Ayat ini sungguh amat besar dan tinggi kemuliaannya. Tidak ada satu ayat pun yang bisa menandinginya, seperti yang disebutkan hadits yang shahih:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: قُلْتُ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ: وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

Dari Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu'anhu dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya, 'Hai Abu Mundzir (panggilan Ubay bin Ka'ab, Ed.), tahukah kamu ayat al-Qur'an yang menurutmu paling agung?' Saya (Ubay bin Ka'ab) menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya lagi, 'Hai Abu Mundzir, tahukah kamu ayat al-Qur'an yang menurutmu paling agung?' Saya menjawab, 'Yaitu ayat yang berbunyi: Dialah Allah tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri.' (QS. al-Baqarah [2]: 255). Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk dada saya sambil berkata, 'Demi Allah, ilmumu sungguh dalam hai Abu Mundzir." (HR. Muslim no. 810)

Maksudnya, semoga Allah 'Azza wa jalla menyenangkanmu (wahai Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu'anhu) dengan ilmu ini dan memberi karunia dengan ilmu ini. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersumpah atas jawaban Ubay Radhiyallahu'anhu karena keagungan ayat ini.

Di antara keunggulan pemahaman Ubay Radhiyallahu'anhu ini, tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menanya, bersegeralah Ubay mencari ayat yang mengkhususkan tauhid Allah 'Azza wa jalla yang menetapkan kebesaran kekuasaan Allah 'Azza wa jalla dan kesempurnaan sifat-Nya, sehingga manusia memahami bahwa hanya Allah 'Azza wa jalla yang berhak disembah. Ini menunjukkan kesempurnaan kefaqihan sahabat Ubay. Dia tidak menyebutkan ayat yang berkenaan dengan akhlak yang mulia atau cabang-cabang hukum atau berita keadaan umat yang lalu atau teror hari Kiamat atau semisalnya, tetapi memilih ayat yang berkenaan dengan tauhid ... dan seterusnya.

Kemuliaan sahabat Ubay Radhiyallahu'anhu misalnya: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bersumber dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu'anhu:

إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ قَالَ آللَّهُ سَمَّانِي لَكَ قَالَ اللَّهُ سَمَّاكَ لِي قَالَ فَجَعَلَ أُبَيٌّ يَبْكِي

'Hai Ubay, sesungguhnya Allah telah memerintahku untuk membacakan Surah al-Bayyinah kepadamu.' Ubay bertanya, 'Apakah Allah menyebutkan nama saya kepada engkau ya Rasulullah?' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ya.' Lalu Ubay langsung menangis." (HR. Muslim 2/195) ... dan seterusnya.

TAUHID ILMU YANG PALING TINGGI


Mengingat ilmu tauhid memiliki kedudukan yang paling tinggi, maka Ayat Kursi paling tinggi kedudukannya bila dibanding dengan ayat yang lain, suratnya pun paling mulia. Ayat al-Qur'an dan surat-suratnya memang memiliki kelebihan satu sama lain, tetapi ditinjau dari sisi bacaan dan maknanya, bukan dari sisi Dzat yang berbicara.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Hendaknya kita memahami bahwa keutamaan ayat al-Qur'an satu sama lain berbeda, tetapi bukanlah disandarkan kepada yang Dzat yang berbicara, karena Allah 'Azza wa jalla itu satu. Bila kita tinjau dari sisi lafazh dan artinya tentu ada perbedaan, sebagaimana keterangan hadits yang shahih bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melebihkan keutamaan Surat al-Fatihah daripada surat lainnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لَمْ يَنْزِلْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الْقُرْآن مِثْلُهَا

'Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan ayat di dalam kitab Taurat, kitab Injil, dan kitab al-Qur'an semisal Surat al-Fatihah.' (HR. Tirmidzi no.2875)

Ayat Kursi juga lebih utama daripada ayat yang lain, seperti keterangan hadits kisahnya Ubay Radhiyallahu'anhu, jawaban beliau:

وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Demi Allah, ilmumu sungguh dalam hai Abu Mundzir.”

[ Jawabu Ahlil Ilmi wal Iman bi Tahqiqi Rasululurrahman min Ana "Qul Huwallahu Ahad" Takdilu Tsulutsal Qur'an. kar. Ibnu Taimiyah hlm. 133]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Perlu diketahui bahwa pembicaraan Allah 'Azza wa jalla yang menjelaskan tentang diri-Nya, sifat-sifat-Nya, dan keesaan-Nya lebih mulia dan utama daripada pembicaraan Allah 'Azza wa jalla yang menjelaskan musuh-Nya dan sifat-sifat jelek mereka. Oleh karena itu, Surat al-Ikhlash lebih utama daripada Surat al-Masad (al-Lahab), Surat al-Ikhlash menyamai sepertiga al-Qur'an daripada yang lain, demikian juga Ayat Kursi paling utamanya ayat al-Qur'an." (Syifaul Alil karya Ibnul Qayyim 2/774)

ANJURAN MEMBACA AYAT KURSI


Karena mulianya Ayat Kursi ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan agar kita sering membaca bahkan beliau menjadikannya wirid orang muslim setiap harinya dan hendaknya dibaca berulang-ulang:

1. Sunnah membaca membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat wajib.

Diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Umamah Radhiyallahu'anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ، لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْـجَنَّة إِلاَّ أَنْ يَمُوْتُ

"Barangsiapa setelah shalat wajib membaca Ayat Kursi, tidak ada yang menghalangi dia masuk surga melainkan bila dia meninggal dunia."

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Kami mendengar berita dari syaikh kami, Abul Abbas Ibnu Taimiyah—semoga Allah menyucikan rohnya—dia berkata, 'Saya tidak pernah meninggalkan membaca Ayat Kursi ini setiap selesai shalat.'" (Zadul Ma'ad 1/304)

2. Sunnah membaca Ayat Kursi sebelum tidur.

Barangsiapa yang membacanya sebelum tidur, Allah 'Azza wa jalla menjaga dirinya dari gangguan setan sampai waktu subuh.

Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menugasiku untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang menyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya sambil berkata, Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu orang itu bercerita dan berkata, 'Jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ia telah berkata benar kepadamu, padahal ia adalah pendusta. Si penyusup tadi sebenarnya adalah setan.'" (HR. Bukhari no. 2311)
      
3. Sunnah membaca Ayat Kursi di waktu pagi dan petang.

Dari Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu'anhu, dia punya baskom berisi kurma, tiba-tiba berkurang, lalu malam hari dia menjaganya, tiba-tiba ia menjumpai hewan seperti anak akil baligh, dia menyampaikan salam, lalu dijawabnya, lalu dia menanya, "Kamu itu siapa? Kamu itu jin apa manusia?" Dia menjawab, "Saya dari golongan jin." Dia berkata, "Ulurkan tanganmu kepadaku." Lalu dia mengulurkan tangannya, tiba-tiba tangan dan bulunya berupa tangan dan bulu anjing. Dia berkata, "Inilah penciptaan jin." Dia berkata, "Jin itu tahu bahwa tidak ada di kalangan mereka yang lebih dewasa daripada saya." Ubay Radhiyallahu'anhu bertanya, "Mengapa kamu datang kemari?" Dia menjawab, "Ada berita bahwa kamu senang bersedekah, maka kami datang ingin mengambil makananmu." Dia menanya, "Bagaimana kami bisa selamat dari gangguanmu?" Jin itu berkata, "Ini ayat Surat al-Baqarah (Ayat Kursi) barangsiapa yang membacanya pada waktu petang dia akan selamat dari gangguan kami sampai waktu subuh, dan barangsiapa yang membacanya pagi hari maka dia akan selamat dari gangguan kami sampai petang. Setelah shalat Subuh Ubay menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bercerita, lalu beliau menjawab, "Memang benar perkataan makhluk yang jahat itu." [HR. Nasai dan Tabrani; dishahihkan oleh Imam Albani dalam Shahihut Targhib 1/418]

Hadits ini dan sebelumnya menunjukkan betapa besar pengaruh dan manfaat Ayat Kursi, dapat menjaga diri dari gangguan setan dan mengusirnya di mana saja mereka berada, dan benteng pertahanan diri dari semua gangguan dan kejahatan mereka. Apabila ayat ini dibaca ketika setan sedang beraksi maka ayat ini penangkalnya, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di beberapa kitabnya: Di dalam kitab al-Furqan beliau berkata, "Jika kamu membaca Ayat Kursi ini dengan benar benar memahami maknanya dan jujur mengamalkannya, tipu daya setan pasti gagal, karena tauhid pengusir setan." (al-Furqan Baina Auliyaur Rahman wa Auliyausy Syaithan hlm. 146) 

Di dalam kitab Qa'idah Jalilah fit Tawassul wal Washilah beliau berkata, "Membaca Ayat Kursi dengan memahami artinya, maka pada saat membacanya akan pergi penjahat di bumi atau tersembunyi." (Qa'idah Jalilah hlm. 28) 

Beliau juga berkata, "Orang yang kuat iman dan ikhlas beribadah kepada Allah, setan tidak mampu menggodanya. Oleh karena itu, setan atau makhluk halus akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca Surat al-Baqarah, Ayat Kursi, akhir Surat al-Baqarah, dan lainnya. Jin ada yang pekerjaannya mencuri berita di langit lalu dikabarkan kepada dukun dan peramal. Pada zaman itu, paranormal dan dukun memang menyebar di negeri Arab. Tatkala tauhid tampak merajalela maka setan pergi. Mereka gagal membuat makar, atau berkurang jumlahnya, kemudian setan ini menampakkan dirinya di berbagai tempat yang penduduknya kurang kuat tauhidnya." (an-Nubuwwat 1/280)

Beliau juga berkata, "Tipu daya setan pasti gagal dan tidak berdaya ketika nama Allah disebut, tauhid diamalkan, ayat al-Qur'an dibaca, apalagi yang dibaca adalah Ayat Kursi. Ini semua membatalkan tukang sulap setan." (an-Nubuwwat 1/283)

AYAT KURSI TIDAK CUKUP HANYA DIBACA


Ayat Kursi ini tidak cukup hanya dibaca, tetapi harus dipahami maknanya. Apabila Allah  mengharuskan kita memahami ayat al-Qur'an secara umum (baca Surat an-Nisa' [4]: 82) maka bagaimana dengan Ayat Kursi, paling mulianya ayat al-Qur'an, jika hanya dibaca maka tentu tidak berpengaruh atau sedikit manfaatnya; bukankah Syaikhul Islam berkata "Ash-shidqu benar benar memahami maknanya", beliau berulang kali menyebutnya, mengingatkan kepada pembaca bahwa hanya dengan membaca dia tidak dapat meraih apa yang ia inginkan ... dan seterusnya.

Perlu kami sampaikan kepada Anda keterangan singkat petunjuk Ayat Kursi ini, semoga Anda dapat memahaminya:

Pertama: الْحَيُّ


Maksudnya “Dia Maha Hidup”. Ini bukti yang jelas, bahwa kita wajib beribadah kepada Allah 'Azza wa jalla saja, karena Dia menyifati diri-Nya hidup yang kekal, tidak akan mati, hidup yang sempurna, bukan diawali dengan tidak ada, dan bukan diakhiri dengan tidak ada, tidak ada kekurangan dan cacatnya, Maha Tinggilah pencipta kita, dan Maha Suci dan hidup yang pasti sempurna sifat-Nya. Tidak layak siapa pun beribadah, rukuk dan sujud melainkan hanya kepada Allah 'Azza wa jalla, seperti firman Allah 'Azza wa jalla:


وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
Dan bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup (kekal) yang tidak mati. (QS. al-Furqan [25]: 58)

Adapun hidup yang nanti akan mati, atau mati, atau benda padat yang tidak memiliki sifat hidup, mereka tidak punya hak untuk disembah, karena ibadah haknya Allah Yang Maha Hidup tidak akan mati.

Kedua: الْقَيُّومُ


Maksudnya: “Dia mengurusi diri-Nya sendiri dan mengurusi semua makhluk-Nya”, semua sifat yang menunjukkan pekerjaan kembali kepada nama ini, ini menunjukkan sempurnanya kecukupan Allah 'Azza wa jalla, Dia tidak butuh kepada makhluk-Nya, bahkan sebaliknya hamba yang membutuhkan. Seperti firman-Nya:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir [35]: 15) 

Dan seperti hadits qudsi Allah 'Azza wa jalla berkata:
إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي
"Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan marabahaya sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya." (Muslim 8/17)

Allah 'Azza wa jalla Maha Kaya dengan sendirinya. Dia tidak membutuhkan sedikit pun kepada makh-luk-Nya dalam semua urusan...

Nama الْقَيُّومُ  menunjukkan maha sempurna kemampuan dan pengaturan Allah 'Azza wa jalla kepada semua makhluk-Nya juga. Semua makhluk-Nya pasti butuh kepada Allah 'Azza wa jalla, tidak sekejap mata pun yang tidak butuh kepada Allah 'Azza wa jalla; arasy, kursi, langit dan bumi, gunung, pohon, manusia dan hewan semua butuh kepada Allah sebagaimana firman-Nya; Surat ar-Ra'du: 32, Fathir: 41,15, ar-Rum: 35. Semua kandungan ayat ini kembali kepada nama-Nya الْحَيُّ dan الْقَيُّومُ, bahkan semua asmaul husna kembali kepada dua nama ini juga. Para ahli ilmu berkata, "Barangsiapa yang berdo'a dengan menyebut dua nama ini do'anya akan dikabukan, karena dua nama ini disebut yang paling awal ... dan seterusnya.

Ketiga: Firman-Nya  لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ


"Allah tidak mengantuk dan tidak tidur." Mengantuk itu permulaan tidur, sedangkan tidur sudah dimaklumi (pengertiannya). Allah 'Azza wa jalla membersihkan diri-Nya dari dua sifat yang 'tercela' ini karena Dia memiliki sifat hidup yang sempurna dan kepengurusan-Nya yang sempurna juga. Berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, sifat hidupnya akan berakhir, serba mengalami kekurangan, mereka perlu istirahat karena capek bekerja, tidaklah mereka tidur melainkan karena merasa capek dan berat memikul beban. Dengan tidur mereka merasa lelahnya berkurang, mereka butuh tidur karena mereka memiliki sifat lemah segala-galanya, mereka mengantuk, capek, lelah, dan sakit, maka bagaimana makhluk yang serba kurang ini disembah, dimintai rezeki, agar menolak bala, dan agar menyembuhkan penyakit? ... dan seterus-nya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ
"Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan Dia tidak akan tidur, Dia mengurangi dan menambah pembagian (balasan amal), amal di malam hari disampaikan kepadanya-Nya sebelum amal siang hari, dan amal siang hari disampaikan kepada-Nya sebelum amal malam hari. Hijab-Nya adalah cahaya." (Muslim no. 179 1/111)

Keempat: Firman-Nya:  لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ


Maksudnya “hanya Allah Yang Maha memiliki semua yang ada di langit dan di bumi.” Adapun makhluk tidak memiliki sesuatu pun (baca Surat Saba' [34]: 22). Selain Allah tidak ada yang memiliki sebiji sawi dengan sendirinya atau dengan berserikat, tidak satu pun manusia yang memiliki sesuatu melainkan itu miliknya Allah 'Azza wa jalla  (silakan baca Surat Ali 'Imran [3]: 26). Apa yang dimiliki oleh manusia pasti akan lenyap, dengan kematiannya, atau pada masa hidupnya hartanya hancur karena musibah, seperti kisahnya orang yang punya kebun dia ingin mengetamnya lalu terbakar hangus (baca Surat al-Qalam [68]: 17-23). Dengan demikian kita tahu bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah 'Azza wa jalla. karena hanya Dia yang Maha memiliki segala sesuatu.

Kelima: Firman-Nya: مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ


Maksudnya: “Tidak seorang pun yang mampu memberi syafa'at atau pertolongan melainkan atas izin Allah”, karena hanya Allah 'Azza wa jalla pemiliknya. Siapakah yang mampu mengatur milik-Nya dan yang berbuat sesuatu tanpa izin-Nya? Tentu tidak ada. Semua syafa'at milik Allah 'Azza wa jalla. Firman-Nya:

قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً
Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya." (QS. az-Zumar [39]: 44)

Oleh sebab itu, syafa'at-Nya tidak bisa diminta kecuali dengan izin-Nya (baca Surat Saba' [34]: 23) dan tidak pula bisa diberikan melainkan kepada orang yang diridhai-Nya (baca Surat an-Najm [53]: 26)

Walaupun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki kedudukan tinggi dan terpuji pada hari Kiamat, beliau tidak mampu memintakan syafa'at untuk umatnya melainkan setelah mendapatkan izin Allah 'Azza wa jalla. Bukankah Allah berkata kepada beliau:

ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
"Hai Muhammad, angkatlah kepalamu; katakanlah, engkau akan didengar; dan mintalah syafa'at, engkau akan diberi syafa'at." (HR. Bukhari no. 6956)

Selanjutnya, tidak semua orang bisa memintakan syafa'at di sisi Allah 'Azza wa jalla  dan tidak semua orang meraih syafa'at-Nya, tetapi syafaat ini khusus untuk ahli tauhid yang bersih dari perbuatan syirik, sebagaimana dalam Shahih Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam" Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari Kiamat?' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
'Aku telah menduga, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.' " (HR. Bukhari no. 97) ... dan seterusnya.

Bukti kebenaran sabda beliau ini menolak prinsip aqidah orang musyrik yang memalingkan hak Allah 'Azza wa jalla  kepada selainnya. Mereka menduga bahwa wali dan lainnya mampu mendekatkan diri mereka kepada Allah 'Azza wa jalla (baca firman-Nya dalam Surat Yunus [10]: 18 dan Surat az-Zumar [39]: 3). 

Mereka beribadah, memohon, menyampaikan hajatnya, menolak bahaya, bernadzar, dan menyembelih kepada mayit, batu, pohon, dan lainnya. Mereka berkeyakinan bahwa sembahan mereka mampu mendengar do'a mereka, menjawab dan mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Padahal ada tiga pembagian syafa'at yang mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu, yaitu: tidak ada syafa'at kecuali dengan izin Allah 'Azza wa jalla, tidak ada syafa'at kecuali (bagi) orang yang diridhai oleh Allah perkataan dan perbuatannya, sesungguhnya Allah ta'ala tidak ridha melainkan kepada ahli tauhid.

Keenam: Firman-Nya: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ


Maksudnya: “Ilmu Allah meliputi perkara yang lampau dan yang akan datang, Dia mengetahui yang sudah terjadi dan yang akan terjadi, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, dan menghitungnya.” Mana mungkin Dia tidak tahu, sedangkan semua makhluk Dialah yang menciptakan-Nya, seperti firman-Nya:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. al-Mulk [67]: 14)

Dialah yang menciptakan semua makhluk dan yang mewujudkannya, Dialah yang Maha Mengetahui semua urusan makhluk-Nya (silakan baca Surat al-Mulk ayat no. 14).

Ada kisah: Sebagian orang kafir pada suatu hari berkata, "Saya bisa menciptakan." Lalu ditanya, "Mana buktinya?" Dia mengambil daging, lalu dipotong, lalu dicampur dengan kotoran hewan, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat, lalu menyuruh orang agar menjaganya selama tiga hari, setelah itu diserahkan dan dibuka, tiba-tiba bejana itu penuh dengan cacing, lalu dia berkata, "Ini ciptaan saya." Sebagian orang yang hadir bertanya, "Berapa jumlahnya?" Dia tidak tahu. Dia ditanya lagi, "Berapa yang jantan dan yang betina? Dan apakah kamu yang menanggung pangannya?" Dia tidak bisa menjawab. Lalu dikatakan kepadanya, "Pencipta tentu dia bisa menghitung jumlah ciptaannya, mengetahui yang jantan dan yang betina, dan mampu menanggung kebutuhan hidupnya, mengetahui berapa lama dia hidup dan kapan matinya." Akhirnya orang itu diam, tidak bisa menjawab. (al-Hujjatufi Bayanil Mahajjah lit Taimi 1/130)

Ketujuh dan Kedelapan: Firman-Nya: وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء


Artinya: "Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." Ini menunjukkan kelemahan makhluk, terbatas ilmu pengetahuannya, tidak memilikinya kecuali sedikit. Allah 'Azza wa jalla berfirman:

وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. al-Isra' [17]: 85)

Pertama kali manusia keluar dari rahim ibu-nya, dia tidak tahu apa-apa (seperti firman-Nya dalam Surat an-Nahl [16]: 78), akan kembali ilmunya menjadi lemah dan hilang daya ingatannya (baca Surat an-Nahl [16]: 70), di tengah perjalanan hidupnya ilmunya kekurangan dan sering lupa (baca firman-Nya dalam Surat Thaha [20]: 115).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Nabi Adam 'Alaihissalam lupa dan lupa pula keturunannya." 

Mereka tidak punya ilmu kecuali apabila Allah 'Azza wa jalla yang memberi ilmu (baca Surat al-Baqarah [2]: 32, al-'Alaq [96]: 4-5, dan firman-Nya Surat ar-Rahman: 43). Dan do'a beliau:


اللَّهُمَّ عَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
"Ya Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat untuk diriku dan berilah aku tambahan ilmu." (HR. Ibnu Majah no. 3833)

Maka mereka tidak punya ilmu melainkan apabila Allah 'Azza wa jalla memberikan taufik dan memudahkannya.

Adapun firman-Nya xxx menunjukkan keesaan Allah 'Azza wa jalla. Semua perkara yang wujud dengan kehendak-Nya, apa yang dikehendaki pasti terjadi, yang tidak dikehendaki tidak terjadi, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah 'Azza wa jalla.

Kesembilan: Firman-Nya: وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ


“Kursi merupakan makhluk Allah yang mulia, Allah menyifati luasnya meliputi langit dan bumi.” Kursi, makhluk yang mulia dan besar pula ukurannya. Langit dan bumi bila dibanding dengan Kursi sungguh amat kecil, demikian juga bila Kursi dibanding dengan Arasy, Kursi amat kecil. Kita bisa mengetahuinya dengan berita yang disampaikan oleh Abu Dzar Radhiyallahu'anhu  dia berkata, "Saya memasuki Masjidil Haram, lalu saya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendirian. Saya duduk mendekati beliau, lalu saya bertanya, 'Wahai Rasulullah! Ayat apa yang lebih mulia turun kepada engkau?' Beliau menjawab, Ayat Kursi, tidaklah langit dan bumi bila dibanding dengan Kursi melainkan bagaikan lingkaran kecil yang dibuang di padang sahara, sedangkan kelebihan Arasy bila dibanding dengan Kursi seperti luasnya padang sahara dengan lingkaran gelang yang kecil.'" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/166 dan Abu Syaikh dalam al-Azhamah, al-Baihaqi dalam al-Asma' wash Shifat 2/300, 301, dan lainnya; dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 109)

Apabila orang muslim mengetahui besarnya kekuasaan Allah 'Azza wa jalla ini, tentu dia akan merendahkan diri dan tunduk kepada Allah 'Azza wa jalla, dia beribadah hanya kepada-Nya, dia yakin bahwa yang berhak sembah hanya Allah 'Azza wa jalla, dan dia tahu juga bahwa orang musyrik tidaklah dia benar benar mengagungkan Allah. Firman-Nya:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. az-Zumar [39]: 67) Silakan baca juga Surat Nuh [71]: 13-20.

Maka di mana akal orang musyrik ini? Mereka melampiaskan ketundukan, pengharapan, rasa takut dan cintanya kepada makhluk yang kecil dan hina, makhluk itu tidak mampu mendatangkan manfaat dan tidak mampu menolak bala untuk dirinya, apalagi untuk orang lain. Mereka enggan beribadah kepada Allah 'Azza wa jalla Pencipta Yang Maha Agung. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Kesepuluh: Firman-Nya: وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا


Artinya: "Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya." Ini menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah 'Azza wa jalla dan kesempurnaan kemampuan dan kekuatan-Nya juga, kita sudah mengetahui bahwa sifat nafi (yang ditiadakan) oleh al-Qur'an, bukan hanya sekadar peniadaan, melainkan mengandung sifat itsbat (penetapan) yang sempurna. Maka firman-Nya لاَ يَؤُودُهُ  maknanya tidak menyusahkan, tidak memberatkan, dan tidak melelahkan. Adapun حِفْظُهُمَا  maksudnya menjaga langit dan bumi, ini menunjukkan sifat sempurna kemampuan dan kekuatan Allah 'Azza wa jalla, bahwa Allah itu adalah “al-Hafizh” menjaga langit dan bumi. Seperti firman-Nya baca Surat Fathir [35]: 41 dan ar-Rum [30]: 25.

Ini menjelaskan bahwa semua makhluk membutuhkan pertolongan Allah 'Azza wa jalla, maka ketetapan dan wujud makhluk dengan izin-Nya, sedangkan pemeliharaannya dengan kehendak-Nya. Allah 'Azza wa jalla  menahan makhluk dengan kekuasaan-Nya,  semua makhluk  dan  semua  urusannya membutuhkan bantuan-Nya, dan tidak mungkin makhluk tidak membutuhkan penjagaan Allah 'Azza wa jalla. Ini sebagai bukti yang nyata bahwa hamba wajib menauhidkan Allah 'Azza wa jalla dan ikhlas beribadah hanya kepada-Nya, dan wajib membersihkan dirinya dari semua bentuk kesyirikan ... dan seterusnya.

Kesebelas dan Duabelas: Firman-Nya: وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


Dua nama ini الْعَلِيُّ dan الْعَظِيمُ  menunjukkan bukti keesaan Allah 'Azza wa jalla, bahwa hanya Dia yang berhak disembah, sedangkan selain-Nya tidak, karena Allah 'Azza wa jalla  menyebutkan bahwa diri-Nya paling tinggi dari semua makhluk-Nya dan paling agung.

Disertakan ال  dalam firman-Nya  وَهُوَ الْعَلِيُّ menunjukkan menyeluruh, meliputi semua makna ketinggihan; tinggi Dzatnya, tinggi kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya.

Allah 'Azza wa jalla  Maha Tinggi Dzatnya, di atas semua makhluk-Nya seperti firman-Nya:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arasy. (QS. Thaha [20]: 5)

Sedangkan Dia Maha Tinggi (الْقَهِر) kekuasaan-Nya seperti firman-Nya:


وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya. (QS. al-An'am [6]: 18)

Sedangkan Dia Maha Tinggi (قَدْرِ) keagungan-Nya seperti firman-Nya:


وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (QS. az-Zumar [39]: 67)

Ini semua bukti yang sangat agung tentang keesaan Allah 'Azza wa jalla, dan membatalkan semua bentuk kesyirikan. Oleh karena itu, Allah 'Azza wa jalla berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Luqman [31]: 30)

Sedangkan firman-Nya الْعَظِيمُ  menunjukkan bahwa hanya Allah 'Azza wa jalla. Dzat Yang Maha Agung, tidak ada yang melebihi keagungan-Nya, sedangkan makhluk sekalipun besar kedudukannya, dia tetap rendah apabila dibanding dengan keagungan penciptanya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah 'Azza wa jalla berkata:
الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةَ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْـتُـهُ فِي النَّارِ
'Kesombongan adalah selendang-Ku, keagungan adalah sarung-Ku. Siapa yang mencabut salah satunya dari-Ku maka dia akan Ku lemparkan ke neraka.' " (Shahih. HR. Ahmad; dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 540)

Di antara peribadatan yang berhubungan dengan nama ini, hendaknya hamba mengagungkan Penciptanya dan merendahkan dirinya di hadapan Dzat yang Maha Agung. Hendaknya kepada Allah 'Azza wa jalla saja mereka merendahkan diri, khusyuk, dan mematahkan hati, karena terkadang setan menipu suatu kaum sehingga mereka dipalingkan dari kenyataan ini, dan mereka jatuh kepada perbuatan syirik secara terang-terangan dan tidak lagi mengagungkan Allah 'Azza wa jalla.

Itulah dua belas bukti ketauhidan Allah 'Azza wa jalla  yang terkandung di dalam Ayat Kursi. Benar-benar hanya Allah 'Azza wa jalla  yang patut dan berhak disembah. Tidak ada sembahan yang hak disembah kecuali Allah. Karena itu, sudah semestinya bila orang yang beragama Islam, malam dan siangnya membacanya berulang-ulang dengan memahami artinya, mengamalkan apa yang menjadi keharusannya, ikhlas beribadah hanya kepada Allah 'Azza wa jalla saja, dan tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun ... dan seterusnya.[1]
____________

[1]. Catatan dari penerjemah, mengingat terbatasnya penulisan, sebagian kami tinggalkan, tidak kami terjemahkan, demikian pula ayat, sebagian besar tidak kami tulis lafazh dan artinya. Semoga hal itu dimaklumi oleh pembaca. Wallahu a'lam bish shawab.

[Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433H / 2012M]
Dari ebook http://ibnumajjah.wordpress.com/

No comments

Powered by Blogger.
loading...